September 30, 2010

Facebook aja bisa…

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaykum warohamtullahi wabarokatuh

Ngurus administrasi berkas-berkas kelengkapan melamar kerja sebenarnya mudah, namun ribet aja ngurus kesana-kemari. Ngurus selembar SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) aja harus seharian mengunjungin kantor demi kantor. Pertama, minta surat pengantar dari ketua RT. Dari RT, surat pengantar harus dibawa ke kantor lurah, surat yang dari RT akan diganti dengan surat pengantar dari Lurah. Surat pengantar tersebut di bawa ke Polsekta. Ternyata di Polsekta Cuma diminta fotokopian surat pengantar dari Lurah aja. Dari Polsekta diberi surat rekomendasi untuk dibawa ke Polres. Di Polres, setelah melengkapi syarat-syarat tertera, ternyata harus mengisi form isian yang lumayan banyak. Setelah lengkap, ternyata harus ambil sidikjari dulu. Eh, pas mau sidikjari harus isi form lagi. Sudah lengkap semua, barulah SKCK jadi dengan biaya Rp 20.000,- (Rp 10.000 untuk administrasi dan Rp 10.000 untuk ambil sidikjari)

Dari pengalaman yang satu ini, membuat aku berfikir, kenapa harus buat satu lembar berkas aja harus kesana-kemari dan harus isi form yang banyak ampe dua kali. Negara yang besar ini apakah ga punya data valid tentang penduduknya?? Dan ga adakah system yang terpadu, yang memiliki integritas data.

Berkaca pada Facebook, sampai saat ini Facebook memiliki user sebanyak kurang lebih 325 juta. Bukan angka yang sedikit. Angka yang kurang lebih menyamai jumlah penduduk Indonesia. Facebook bias membuat orang terkoneksi satu sama lain. User bias menambah dan mengedit data serta user Facebook cenderung lebih dinamis karena setiap detiknya, ada penambahan data dengan jumlah besar dari usernya yang meng-update status. Facebook juga bias terkoneksi dengan aplikasi-aplikasi lain.

Emang bukan hal yang mudah untuk membuat aplikasi seperti Facebook, tapi bukan hal yang mustahil. Facebook, untuk sampai pada kualitas sekarang, butuh waktu lebih dari 5 tahun. Pastinya akan ada perubahan demi perubahan menuju perbaikan. Indonesia adalah Negara besar dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa. Namun disayangkan, pemerintah tidak memiliki data yang benar-benar valid hingga saat ini. Banyak orang memiliki 2 KTP dengan ID yang berbeda. Ketidaksamaan data antara KTP dengan ID card lainnya. Dan banyak kekurangan lainnya yang disebabkan ketidakadaannya perpaduan data.

Akibat dari semua ini banyak hal yang menyebabkan Negara dirugikan. Misalanya terkait dengan Teroris, tindak Kriminal, penyelundupan, Imigran gelap dan hal-hal lain. Dan banyak kemudahan yang didapat Indonesia memiliki system terpadu. Misalnya: Integritas data, kemudahan dari sisi penduduk, efisiensi kerja dll. Dibanding Facebook, data penduduk cenderung statis. Karena perubahan data relative lebih sedikit. Contohnya KTP, KTP memliki masa berlaku 3 atau 5 tahun. Dalam masa itu, data di KTP cenderung tetap kecuali ada hal-hal tertentu yang harus diubah. Ya mungkin tak perlu harus langsung terintegrasi satu Indonesia, setidaknya tiap kota atau kabupaten atau bahkan provinsi sudah bisa memikirkan hal ini. Mumpung penduduk Indonesia masih 300an juta jiwa. Jika semakin banyak penduduk Indonesia, makan akan tambah susah pemerintah mengelola data penduduk dan memberikan pelayanan yang terbaik buat masyarakat.
Facebook aja bisa, masa Indonesia ga bisa :)

Wassalamu'alaykum warohamtullahi wabarokatuh

واحـد



*gambar di unduh dari http://indobbc.wordpress.com/

September 02, 2010

Anak dan Masa Depan

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaykum warohamtullahi wabarokatuh


Hampir seluruh ummat Islam mengenal atau paling tidak tahu dengan seorang Ulama besar Imam Syafi’i. seorang Ulama yang menjadi rujukan sabagian besar Ummat Islam di dunia, khususnya Indonesia. Kali ini, sedikit akan dibahas asal-usul sang Ulama. Beliau lahir dari keluarga yang luarbiasa. Ada sebuah kisah yang akan membuat kita bangga dengan ulama yang satu ini. Kisah bagaimana bibit kebaikan yang ditanam dari keluarga sholeh.

Al-kisah, ayah sang Imam sedang melakukan perjalanan jauh. Sampai disuatu tempat di tepi sungai, beliau beristirahat untuk melepas lelah. Tak selang berapa waktu, seiring mengalirnya air sungai, ada sebuah buah apel . beliau mengambil apel terserbut dan memakannya. Baru beberapa gigitan yang beliau lakukan, sekejap beliau teringat, bahwa apel tersebut pasti ada pemiliknya. Beliau orang yang sangat hati-hati, termasuk dalam hal makanan. Beliau kemudian menyusuri sungai, untuk menemukan siapa pemilik apel tersebut dengan tujuan untuk meminta agar sang pemilik apel mengikhlaskan apel yang telah dimakan oleh Ayah Imam Syafi’i.

Akhirnya pencarian beliau pun membuahkan hasil. Beliau menemukan sang pemilik buah apel. Beliau berharap sang pemilik apel bisa mengikhlaskan apel yang beliau makan. Namun, sang pemilik apel tidak ingin mengikhlaskan apel yang telah dimakan oleh ayah dari Iman Syafi’I begitu saja. Sang pemilik apel memberikan sebuah syarat yakni, Ayah sang imam bersedia menikah dengan putri dari pemilik apel. Putri yang diisyaratkan dengan buta, tuli, lumpuh. Demi menghalalkan apel yang telah dimakan oleh ayah sang Imam, beliau bersedia menikah. Setelah Ijab Qabul, ayah sang Imam pun di perkenankan menuju kamar sang mempelai wanita. Betapa terkejutnya beliau saat mengetahui kenyataan dari wanita yang beliau nikahi. Gambaran yang disampaikan ayah dari mempelai wanita, tidak seperti kenyataan yang tampak di depan wajah ayah sang Imam. Wanita yang begitu cantik, tidak buta sama sekali, tidak tuli dan bahkan tidak lumpuh. Lantas ayah sang Imam pun bertanya kepada ayah sang mempelai wanita. Lalu ayah mempelai wanita pun menjelaskan. Benarlah ia adalah seorang yang buta, karena ia hampir tidak pernah melihat sesuatu yang diharamkan Allah, dan benarlah ia seorang yang tuli, karena ia hampir tidak pernah mendengar sesuatu yang diharamkan Allah, dan benarlah ia seorang yang lumpuh, karena ia hampir tidak pernah melangkah ke tempat yang diharamkan oleh Allah. Subhanallah…

Peran keluarga sangatlah penting dalam mewujudkan generasi Robbani.. berawal dari keluargalah, tumbuh tunas-tunas yang menjadi sketsa masa depan. Peran orang tua sudah barang tentu menjadi faktor utama terwujudnya sebuah generasi yang mencintai Allah dan dicintai Allah. Kisah di atas adalah sebuah fakta yang memperlihatkan bahwa dari keluaga yang bertaqwa, lahirlah sebuah sosok Ulama besar. Dalam sebuah moment, seorang ustadz menyampaikan tiga hal yang cukup penting yakni :
  1. Berilah nama anakmu dengan nama yang baik, karena nama adalah do’a dan harapan.
  2. Ajarkanlah kitab Al-Qur an kepada anakmu.
  3. Nikahkanlah anakmu jika ia ingin menikah. Ini adalah salah satu perkara dari 3 perkara yang dianjurkan untuk disegerakan. Melunasi Hutang, menguburkan jenazah, dan menikah. *

Wassalamu'alaykum warohamtullahi wabarokatuh


واحـد





*) mohon maaf, penulis hanya ingin menyampaikan padahal penulis sendiri belum menikah ^^